Friday, 17 November 2017

MENGENANG TOREHAN KONFLIK DUALISME KNPI ASAHAN


Ironi dualisme sepertinya menjadi trend yang sedang menjangkiti sendi-sendi kehidupan kelembagaan di Indonesia. Ramai dimedia massa terkait berita tentang dualisme, baik dualisme kepentingan, dualisme kepemimpinan, dualisme aturan/regulasi, dualisme organisasi/kelompok/partai dll. Dualisme-dualisme demikian cenderung terjadi akibat adanya konfik/pertentangan terlebih dahulu.

Agar tak terjadi dualisme pemahaman atau pemikiran tentang tulisan ini, ada baiknya dimulai menyatukan persepsi tentang apa dan bagaimana itu dualisme. Pendefenisian dualisme akan merujuk pada objek, konsep maupun konteks dualisme itu sendiri. Yang pasti secara sederhana dualisme adalah adanya hubungan dua substansi ataupun prinsip yang berbeda, bertentangan ataupun berpasangan, seperti baik dan buruk, laki-laki dan perempuan, hitam dan putih, atas dan bawah, panas dan dingin dan lain sebagainya.

Potensi dualisme Dalam konteks organisasi atau lembaga cukup banyak, namun yang sering terjadi adalah dualisme kelembagaan dan dualisme kepemimpinan. Adanya dua wadah atau lembaga yang memiliki identitas dan visi yang sama kemudian saling klaim berhak atas otoritas kelembagaan berdasarkan pada tafsiran berbeda terhadap regulasi yang sama, sedangkan dualisme kepemimpinan biasanya merujuk pada konflik struktural, dimana ada dua top leader atau pemangku kebijakan yang saling berburu pengaruh dalam menjalankan roda kelembagaan.

Siapa yang berhak menjadi nahkoda dan memegang tongkat komando kepemimpinan dalam satu organisasi/lembaga yang sama, dalam bahasa populernya sering diistilahkan “dua matahari”. Lain lagi jika berbicara dualisme jabatan, dimana satu orang menduduki dua jabatan pada waktu bersamaan baik pada suatu organisasi yang sama ataupun berbeda. Yang semuanya akan bermuara pada pengakuan baik secara de facto maupun de jure.

Sejarah mencatat, konflik seperti ini dimulai sejak manusia mengenal dan mengimplementasikan teori berkelompok. Bahkan dalam teori ilmu sosial dinyatakan bahwa konflik adalah sesuatu keniscayaan dalam interaksi sosial. Sedangkan di Indonesia sendiri pernah mengalami dualisme kepemimpinan nasional antara Soeharto dan Soekarno pada kurun waktu tahun 1966-1967 yang dikenal dengan peristiwa Supersemar. Selanjutnya hingga saat ini rentetan peristiwa-peristiwa dualisme banyak terjadi pada semua tingkatan.

Pemuda Mendua
Ilustrasi

Empat puluh tiga tahun bukalah usia muda bagi wadah berhimpunnya organisasi kepemudaan di Indonesia, telah berlimpah kader-kader pemimpin yang telah, sedang maupun yang siap memegang tongkat kepemipinan bangsa baik dikancah nasional maupun didaerah. Sebagai laboratorium kader kepemimpinan memang KNPI menjadi tempat berkumpulnya pemuda-pemuda yang telah ditempa dan dibina di organisasinya masing-masing, dan kemudian diutus untuk berdinamika di KNPI. Dengan berbagai macam latar belakang baik agama, warna, ideologi dan pemahaman. Sehingga dalam memang sangat wajar jika perjalanan KNPI cukup dinamis dengan berbagai macam kepentingan.

Setidaknya KNPI telah melalui berbagai macam konflik internal organisasi, terlebih pasca reformasi KNPI kehilangan kepercayaan publik hingga hampir berujung pada pembubaran KNPI. Namun pada Kongres KNPI di Bogor 1999 pasca Reformasi suatu terobosan kebijakan organisasi yang dijadikan pegangan dalam melewati krisis kelembagaan KNPI, gagasan tentang visi KNPI kedepan dituangkan dalam Tekad Pemuda Indonesia yang berpegang pada semboyan “Kita Semua Satu, Satu Dalam Cita, Satu Dalam Rasa, Indonesia”. Atas tekad ini pula KNPI telah menjadi salah satu yang tidak tergerus oleh laju gerakan reformasi yang lahir akibat krisis multi dimensi di atas dan secara fundamental reformasi telah merombak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Momentun tersebut menandai dimulainya babak baru dinamika kepemudaan di Indonesia, KNPI tak lagi seperti sebelum bergulirnya reformasi, KNPI kehilangan segala fasilitas dan keistimewaannya tetinggal bersama riuhnya aksi reformasi. Kini dituntut lebih independen, mandiri, kritis, cerdas serta kreatif dalam mengubah jati diri kepemudaan menjadi lebih progresif dalam mengelolah internal organisasi serta konteks eksternal yakni menjaga stabilitas dinamika kepemudaan.

Problematika kepemudaan semakin kompleks, sehingga terjadilah benih-benih konflik internal seperti yang terjadi pada kepengurusan DPP KNPI 2005-2008, perebutan pengaruh elit KNPI antara kelompok Ketua DPP Hasanuddn Yusuf dengan Sekjendnya Munawar Fuad bisa jadi disebut dualisme kepemimpinan atau adanya dua matahari dalam satu organisasi. Akibat ketegangan kedua poros besar dalam internal berujung pada penonaktifan Hasanuddin Yusuf sebagai Ketua Umum dan diganti oleh Hans Havloni Silalahi sebagai Pelaksana tugas pada Musyawarah Pimpinan Paripurna di Pekanbaru Riau pada Juli 2008. Inilah konflik internal KNPI yang menjadi cikal bakal kisruh berkepanjangan ditubuh wadah berhimpunnya Organisasi kepemudaan di Indonesia.

Pasca kisruh di Pekanbaru konflik KNPI semakin tak terbendung kedua poros membawa keputusan yang berbeda poros Hasanuddin Yusuf tetap mengakui Hasanuddin sebagai Ketua Umum dan menggelar Kongres XII Pemuda/KNPI di Ancol Jakarta pada Oktober 2008 selanjutnya disebut KNPI versi Ancol, sedangkan poros Munawar Fuad mengakui Hans Havloni Silalahi sebagai Ketua Umum DPP KNPI serta menggelar Kongres XII Pemuda/KNPI di Denpasar Bali juga pada Oktober 2008 sehingga populer dengan KNPI versi Bali.

Kongres versi Ancol menghasilkan keputusan dengan mengangkat Ketua Umum Ahmad Doli Kurnia dan Sekretaris Jenderal Pahlevi Pangerang, lain lagi keputusan Kongres KNPI versi Bali dimana Azis Syamsudin sebagai Ketua Umum dan Sayed Muhammad Mualiady sebagai Sekretaris Jenderal. Inilah catatan paling kelam dalam sejarah pemuda pergerakan atau kelembagaan pemuda di Indonesia, yang kemudian juga berefek kepada terpecahnya solidaritas Organisasi kepemudaan yang berhimpun di KNPI serta KNPI secara struktural di Provinsi, Kab/Kota hingga Kecamatan. Karena perbedaan cara pandang dalam mekanisme organisasi KNPI, pemuda Indonesia era reformasi begitu mudah terbelah. Kondisi yang sangat jauh berlainan dari catatan emas soliditas pemuda Indonesia yang begitu teruji sejak era pergerakan kemerdekaan hingga proklamasi kemerdekaan republik.

Tensi konflik KNPI sedikit mereda saat terjadi kesepakatan rekonsilisasi AntaraAhmad Doli Kurnia dan Azis Syamsudin untuk mengakhiri kemelut kepemudaan di Indonesia. Langkah rill yang ditempuh adalah dengan mengadakan satu Kongres Pemuda/KNPI XIII bersama, dengan membentuk kepanitiaan bersama kedua versi KNPI dengan tajuk “Satu Knpi, Satu Pemuda, Satu Indonesia”. Kongres yang digelar pada Oktober 2011 yang diharapkan menjadi kongres yang bisa fair dan mengedepankan spotifitas agar tak lagi ada poteni dualisme kepemimpinan KNPI.

Walaupun dalam realitasnya hasil Kongres XIII tak seindah apa yang diharapkan. Hasil keputusan Kongres 2011 tersebut menetapkan Taufan Eko Nugroho Ratorasiko sebagai Ketua Umum DPP KNPI Periode 2011-2014. Kisruh KNPI tidaklah sampai disitu pada tahun Maret 2012 digelar Kongres KNPI tandingan dengan menetapakan Akbar Zulfakar sebagai Ketua terpilih DPP KNPI, meskipun Kementerian Pemuda dan Olahraga hanya mengakui Taufan Eko Nugroho Ratorasiko sebagai Ketua Umum KNPI yang sah.

Kemudian periode berikutnya, Kongres Pemuda/KNPI XIV di Papua pada Februari-Maret 2015 menetapkan Muhammad Rifai Darus sebagai Ketua Umum DPP KNPI Periode 2015-2018 dan kemudian dikukuhkan pada April 2015 di Halaman Gedung Kemenpora yang juga dihadiri oleh Menpora Imam Nahrowi dan Akbar Tanjung. Tak lama selang setelah pengukuhan Rifai Darus sebagai Ketua Umum KNPI begulirlah ppKongres Luar Biasa KNPI pada Juni 2015 diHotel Kartika Chandra Jakarta, dan juga menetapkan Ketua Umum DPP Gema MKGR Fahd A Rafiq terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum DPP KNPI periode 2015-2018. Sekali lagi perhimpunan kepemudaan diuji oleh kisruh konflik kepemimpinan pemuda di Indonesia.

Namun dari semua konflik serta pertentangan antar kelompok kepemudaan yang diakibatkan oleh tafsiran akan regulasi organisasi maupun yang bermuatan kepentingan politik menandakan sebuah gairah berdinamika serta menunjukkan eksistensi keberhimpunan OKP tetap berjalan dengan perubahan-perubahan paradigma, visi serta orientasi kelembagaan seiring dengan perubahan sosial kemasyarakat dan tuntutan zaman hingga hari ini.

KEPEMUDAAN DI ASAHAN

KNPI Asahan sebagai wadah berhimpun organisasi-organisasi kepemudaan didesain sebagai perkumpulan bersama yang diharapkan dapat mengagregasi kepentingan kepemudaan di Asahan untuk berpartisipasi dalam pembangunan daerah Asahan. Hiruk pikut dinamika organisasi KNPI yang senantiasa diwarnai dengan konflik pada kepengurusan di pusat, kemudian membuat KNPI Asahan selalu mengedepankan solidaritas serta keharmonisan ragam OKP dan DPK KNPI Kecamatan. Hal tersebut terbukti hingga hari ini KNPI Asahan tetap berada pada kesatuan visi melihat konstalasi ke-KNPI-an di Indonesia.

Perbedaan pendapat serta keberpihakan kepentingan yang hadir pada ranah kepemudaan di Asahan, bisa jadi senantiasa diretas dengan prinsip dan falsafah hidup orang Batak dan Melayu. Hal tersebutlah menjadikan kepemudaan di Asahan teguh, kokoh dan tetap bersinergi dalam bingkai keberhimpunan.

Beberapa waktu terakhir ini wadah keberagaman yang juga rumah berhimpunnya OKP dan potensi kepemudaan di Asahan juga di uji dengan menetesnya kisruh konflik kepemimpinan KNPI pusat, yang bisa jadi juga terjadi di daerah-daerah lain. Hal yang sangat mengusik akan dinamisasi keber-KNPI-an di Asahan mengingat tatanan kepemudaan di 25 Kecamatan boleh dikata sangatlah harmonis dengan mengedepankan silaturahmi serta tetap mengacu pada aturan main Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KNPI.

Beberapa hal yang ingin diungkapkan dalam torehan ini, bahwa terkait problem tersebut. Tanpa bermaksud memberi justifikasi ataupun penilaian karena memang penulis tim penilai, tapi hanya sekedar memberi argumentasi berdasarkan pengetahuan atas nalar serta logika yang didasari oleh informasi dan referensi tentang KNPI.

Pengantar diatas yang memcoba menggambar secara umum peristiwa demi peristiwa tentang konflik dualisme KNPI sehingga penulis dan pembaca tidak terjangkiti dualisme perspektif melihat masalah ini. Surat Keputusan tentang penunjukkan karateker Ketua KNPI Prov. Sumatera Utara terdapat beberapa kegangjilan atas pengamatan serta berdasar atas regulasi. Sebelumnya kita merujuk keabsahan KNPI versi Muh. Rifai Darus dan KNPI versi Fahd, secara defacto dan dejure keduanya telah menujukkan klaim berdasarkan versinya masing-masing. Bahkan Keduanya menunjukkan legitas dari pemerintah lewat Kemenkumham sebagai bentuk pengakuan pemerintah. Beberapa hal ini bisa jadi bahan sharing untuk diperhatikan :

Terbitnya Surat Keputusan Kemenkumham Nomor AHU-00014003.AH.01.07.TAHUN 2015 tentang pengesahan badan hukum Perkumpulan Komite Nasional Pemuda Indonesia disingkat KNPI dengan Susunan Organ Perkumpulan dengan Ketua Umum Muhammad Rifai Darus per tanggal 02 Juni 2015. 

Sedangkan SK. Kemenkumham Nomor AHU-0010877.AH.01.TAHUN 2015 pengesahan badan hukum Perkumpulan KNPI dengan susunan organ perkumpulan dengan Ketua Umum Fahd El Fouz A. Rafiq per tanggal 23 Oktober 2015.

Dengan demikian menurut hemat saya bahwa dari identitas keduanya ada perbedaan penamaan. Untuk memastikan mana yang sesuai dengan akar sejarah lahirnya maka kita harus membuka lembaran naskah “Deklarasi Pemuda Pemuda” pada tahun 1973. Berikut kutipan alinea terakhir: “Maka dengan Tuhan yang maha Esa, kami menyatakan dengan resmi berdirinya Komite Nasional Pemuda Indonesia.” Jakarta 23 Juli 1973 atas nama Pemuda Indonesia.

Berdasarkan Naskah Deklarasi Pemuda Indonesia 1973 serta menuruk pada Anggaran Dasar Anggaran Rumah tangga KNPI pada bab 1. nama, waktu dan kedudukan ayat 1. Organisasi ini bernama Komite Nasional Pemuda Indonesia disingkat KNPI dan tidak dikenal organisasi KNPI yang ada hanya KNPI hanyalah singkatan. Sehingga yang berkesesuain dengan SK. Kemenkumham adalah SK. dengan nomor AHU-00014003.AH.01.07.TAHUN 2015.

Silahkan menilai sendiri.

Dan jika memang KNPI Pusat versi Fahd menganggap sebagai wadah keterwakilan OKP berhimpun dan menggangap KNPI yang sah dan sesuai dengan marwah dan filosofi terbentuknya KNPI, seyogyanya tidak perlu mengeluarkan karateker tinggal mengeluarkan SK terbaru. Mengingat KNPI Asahan dibawah kepemimpinan Bung Agus Ramanda sangatlah solid dan harmonis bersama OKP berhimpun dan 25 DPK KNPI. Jikalau memang punya visi kepemudaan kecuali ada maksud yang lain

Dari beberapa hal tersebut diatas bisa dijadikan bahan renungan buat pemuda di Asahan. Tapi simpulan awal penulis bahwa memang tidak ada dualisme Komite Nasional Pemuda Indonesia baik di pusat maupun di Asahan seperti yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan dikalangan kepemudaan. Kebetulan saja ada kemiripan nama dan identitasnya, dan apresiasi buat siapapun yang ingin berbuat untuk kepentingan kepemudaan di Asahan dengan mengedepankan konsep falsafah hidup orang Melayu.

Bila suatu saat ada KNPI berevolusi menjadi organisasi tanpa memperdulikan keberhimpunan OKP maka itu adalah kekeliruan, tak ayal KNPI tersebut bukan wadah berhimpun namun menjelma organisasi kepemudaan kesekian. Sebab terminologi keberhimpunan sangatlah jelas, ada yang berhimpun kemudian bersepakat dalam sebuah asosiasi yang sama dalam prespektif ide, gagasan, program dan struktur tanpa mengkebiri atau meleburkan marwah organisasi kepemudaan tersebut. Apakah itu yang terjadi sekarang atau tidak? Silahkan tafsirkan sendiri.

Keharmonisan serta suasana dinamis kepemudaan yang senantiasa bergandengan tangan demi tercapainya tujuan organisasi yaitu terwujudnya persatuan dan kesatuan pemuda serta keutuhan NKRI, terbedayanya potensi pemuda dalam segala aspek kehidupan, serta peran aktif pemuda dalam pembangunan nasional hingga daerah berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.

Yakin dan percaya jika ada yang mengganggu hal tersebut, Pemuda Asahan akan saling menggenggam tangan menjadi benteng yang kokoh untuk melawan apapun yang menjadi penghalang.

Toh generasi muda sekarang dengan perubahan sosial yang begitu ekstrim, dimana sikap apatis dan cuek sedang menjangkiti. Pemuda hari ini lebih tertarik begaimana potensi dirinya bisa bernilai ekonomis ketimbang berbicara idealisme apalagi bicara ideologi kebangsaan. Hari ini bolehlah kita berdebat serta berebut pengaruh di lembaga/organisasi kekaderan. Tapi apakah setelah kita masih ada generasi yang mau sibuk untuk itu. Kita tidak berbenah ataupun menjawab tantangan zaman dan memunuhi keinginana generasi hari ini, maka bisa dipastikan inilah akhir dari masa keberhimpunan pemuda. Berbuatpun belum tentu bisa mencapai hal tersebut, apalagi kalau hanya sibuk dengan konflik berebut pengaruh dan kekuasaan di ranah kepemudaan.

Kita punya kepentingan masing-masing diluar sana, namun kepentingan tersebut melebur menjadi satu kepentingan kepemudaan jika memasuki ranah KNPI. Kita punya warna masing-masing diluar sana, namun warna tersebut melebur menjadi satu warna kepemudaan jika memasuki ranah KNPI.

Maka berhentilah meneteskan perpecahan pada PEMUDA ASAHAN

Karena KNPI itu hanya Satu

Satu Tujuan, Satu Warna, Satu Indonesia.


Catatan:
Mohon maaf jika terjadi kesalahan penulisan pada artikel ini.
Semoga bermanfaat.

editor by RR-NSM

No comments:
Write komentar

Blog Archive

Statistics

About Me

authorBUNG AGUS RAMANDA (Ketua) BUNG BASUKI, S.Pd., MM. (Sekretaris)
Learn More →