Wednesday, 2 May 2018

Setelah Keluarga Sultan Dibunuh, Harta Juga Dirampas

Sultan Asahan Sultan Shaibun Abdul Jalil Rahmat Syah III (kiri) dan foto Permaisuri Sultan Asahan Tengku Nurasyikin dan istri Gubernur Belanda foto bersama.

Pada revolusi sosial tahun 1946 sebanyak 8 orang keluarga Sultan Asahan dibunuh dan dimasukkan ke sumur tua di Afdeling VI PTPN III kebun Sei Dadap, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Asahan. Senin (30/4) lalu, pihak keluarga kesultanan telah menggali sumur dimaksud.

Menurut Keluarga Kesultanan Asahan Tengku Muhammad Ikbal Bustamam, ada delapan orang di dalam sumur yang menjadi korban revolusi sosial 1946 di antaranya Raja Kohar, Kadus Jamaluddin, Sulaiman, Raja Baharuddin, Tengku Ismail. Mereka merupakan korban revolusi sosial di kesultanan Asahan pada tanggal 3 Maret 1946.

Jauh sebelum peristiwa revolusi sosial 1946, Kesultanan Asahan dijabat oleh Sultan Muhammad Hussein II yang melantik Tengku Alang Yahya sebagai Bendahara dan mengangkat anak sulungnya, Tengku Amir, sebagai Tengku Besar Asahan atau calon Sultan. Tetapi Tengku Amir mangkat tahun 1913 dan diangkatlah Tengku Saibun sebagai gantinya pada 7 Juli 1915.

Sultan Muhammad Hussein II mangkat pada usia 53 tahun, oleh karena Tengku Saibun masih kanak-kanak, Tengku Alang Yahya (Bendahara) dilantik menjadi pemangku sultan dengan gelar Tengku Regent Negeri Asahan.

Semasa ia menjadi Tengku Regent ini, Beliau menerima dua anugerah, yaitu “Officier der Orde van Oranje Nassau” dan “Ridder der Orde van den Nederlanschen Leeuw”.

Pada 15 Juni 1933, Tengku Saibun ditabalkan menjadi Sultan Asahan XI dengan gelar Sultan Saibun Abdul Jalil Rahmat Syah di Istana Kota Raja Indra Sakti, Tanjungbalai. Istri Beliau, Tengku Nurul Asikin binti Tengku Al Haji Rahmad Bedagai, ditabalkan sebagai Tengku Suri (Tengku Permaisuri) Negeri Asahan, pada 17 Juni 1933.

Pendudukan Jepang di Indonesia sejak Maret 1942 hingga 1945 mengakibatkan keadaan yang semakin carut-marut. Tiga hari setelah jatuhnya bom di Hiroshima, Soekarno meproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Di saat yang sama pula, diumumkanlah pemerintaha Republik Indonesia yakni Soekarno sebagai Presiden dan Moh Hatta sebagai Wakilnya. Dengan demikian, dimulailah revolusi republik di seluruh wilayah Indonesia.

Pemimpin-pemimpin pergerakan di Indonesia, mendaulat Soekarno dan Hatta sebagai pemimpin tertinggi mereka. Tetapi pada umumnya perkembangan revolusi di kebanyakan daerah di Sumatera Utara terlepas dari pergerakan di Jawa. Revolusi di Sumatera bermula pada Oktober 1945 pada saat tentara sekutu tiba di Sumatera untuk melucuti tentara Jepang.


Sumber: MetroAsahan

No comments:
Write komentar

Statistics

About Me

authorBUNG AGUS RAMANDA (Ketua) BUNG BASUKI, S.Pd., MM. (Sekretaris)
Learn More →